TETANUS NEONATORUM
PENDAHULUAN
Tetanus adalah
penyakit kekakuan otot (spasme) yang disebabkan oleh eksotoksin (tetanospasmin)
dari organisme penyebab penyakit tetanus dan bukan oleh organismenya sendiri.
Tetanus neonatorum merupakan masalah kesehatan diberbagai Negara berkembang,
terutama Negara dengan pelayanan ibu hamil dan imunisasi yang masih terbatas.
Akibat penyakit ini, WHO memperkirakan terjadi 500.000 kematian setiap tahunnya
di Negara berkembang. Sebgaian besar kasus bayi dengan tetanus neonatorum
terjadi karena persalinan di luar rumah sakit atau oleh dukun bayi tradisional.
EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini
menyerang seluruh dunia dengan angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi
terutama di Negara berkembang. Di Indonesia, angka insidensi tetanus di daerah
perkotaan sekitar 6-7/1000 kelahiran hidup, sedangkan di daerah pedesaan sekitar
11-23/1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian kira-kira 60.000 bayi setiap
tahunnya. Alasan yang paling mungkin adalah karena adanya perbedaan kemudahan
menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, tingkat pengetahuan, dan kesadaran
masyarakat untuk cepat merujuk anak ke puskesmas, serta kesulitan geografis
antara perkotaan dan pedesaan.
Menurut SKRT
1995, angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 58/1000
kelahiran hidup. Tetanus menyumbang 50% kematian bayi baru lahir dan sekitar
20% kematian bayi, serta merupakan urutan ke-5 kematian bayi di Indonesia.
Pada survey di lima rumah sakit
pusat/propinsi di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Makassar, dan Palembang
selam tahun 1991-1996, terdapat rata-rata 10-25 kasus per tahun per rumah sakit
dengan angka kematian 7-23%. Golongan umur yang paling sering menderita adalah
bayi (26%), disusul anak 5-9 tahun (19%), anak balita 1-4 tahun (15%) dan usia
lebih >10 tahun (12%).
Eliminasi
tetanus tercapai bila kasus tetanus neonatorum perkabupaten/kota adalah<1/1000
bayi lahir hidup. WHO dan UNICEF mengajak seluruh Negara anggotanya untuk
mengeliminasi TN pada tahun 2000, tetapi masih banyak Negara yang gagal. Oleh
sebab itu, ajakan tersebut diulangi untuk tahun 2005. Indonesia mencanangkan eliminasi
TN pada akhir tahun 2003.
ETIOLOGI
Penyakit ini
disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, yang merupakan bakteri Gram-positif
berbentuk batang dengan spora pada sisi ujungnya sehingga mirip pemukul gendang
(drumstick). Bakteri tetanus bersifat obligat anaerob, yaitu berbentuk vegetatif
pada lingkungan hidup tanpa oksigen dan rentan terhadap panas serta
desinfektan. Pada bentuk vegetatif, bakteri dapat aktifdengan flagel serta
menghasilkan eksotoksin.
Pada lingkunagn
yang tidak kondusif bakteri akan membentuk spora yang tahan terhadap panas
termasuk perebusan (tetapi hancur pada pemanasan dengan otoklaf), dapat
bertahan hidup bertahun-tahun dan nberada dimana saja seperti tanah, debu,
serbuk antiseptic, bahkan pada peralatan operasi.
Bakteri
sehingga daerah peternakan beresiko tinggi terhadap penyebaran penyakit ini.
PENULARAN
Tetanus masuk ke dalam tubuh
manusia biasanya melalui luka yang dalam dengan suasana anaerob (tanpa
oksigen), sebgai akibat dari:
- 1. Kecelakaan
- 2. Luka tusuk
- 3. Luka operasi
- 4. Karies gigi
- 5. Radang telinga tengah
- 6. Pemotongan tali pusat
Kebiasaan
beberapa daerah untuk memeberi ramuan atau daun-daun tertentu pada tali pusat
setelah pemotongan, selain karena pemotongannya sendiri yang tidak steril,
merupakan penyebab tersering masuknya spora yang menyebabkan tetanus
neonatorum. Diperkirakan sekitar 90% kasus TN disebabkan karena persalinan oelh
tenaga nonmedis.
Pada lingkungan
yang kurang oksigen, spora akan berubah bentuk menjadi vegetatif dan
mengeluarkan eksotoksin. Menurut survey di empat rumah sakit pemerintah di
empat kota besar di Indonesia, pintu masuk bakteri diduga sebagian besar masuk
melalui radang telinga tengah (39%), luka (38%), dan karies gigi (10%).
Adakalanya
pintu masuk kuman tidak dapat ditemukan. Hal ini diperkirakan karena sporran
sudah memasuki tubuh dan bertahan berbulan-bulan sebelum berubah menjadi bentuk
yang menginfeksi. Masa inkubasi antara 5-14 hari (rata-rata 6 hari). Semakin
cepat masa inkubasi, semakin parah gejala yang timbul.
GEJALA DAN TANDA
Gejala awal
yang muncul adalah kekakuan otot rahang untuk mengunyah sehingga anak sukar
membuka mulut untuk makan dan minum (trismus). Kekakuan ini pada neonates
sering menyulitkan saat menyusui karena mulut bayi ‘mencucu’ seperti ikan.
Gejala lain adalah:
- 1. Sulit menelan, gelisah, mudah terkena rangsang
- 2. Kekakuan otot wajah (rhesus sardonicus)
- 3. Kekakuan otot tubuh (punggung, leher, badan) sehingga tubuh dapat melengkung seperti busur
- 4. Kekakuan otot perut
- 5. Kejang-kejang
PENGOBATAN
Setiap
penderita tetanus harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan
dengan fasilitas tertentu. Setelah menemukan kasus ini, petugas lapangan perlu
segera merujuk penderita ke rumah sakit terdekat. Kecepatan merujuk sangat
berpengaruh pada angka kematian kasus. Pengobatan di rumah sakit umumnya
meliputi :
- 1. Pemberian antibiotik utnuk membunuh bakteri, biasanya dengan penisilin atau tetrasiklin
- 2. Pemberian antikejang
- 3. Perawatan luka atau penyakit penyebab infeksi
- 4. Pemberian antitetanus serum (ATS)
PENCEGAHAN
Dengan upaya
pencegahan yang baik maka angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan
oleh tetanus dapat diturunkan. Upaya-upaya tersebut adalah :
- 1. Imunisasi aktif dengan toksoid. Diharapkan semua wanita usia subur (WUS) sudah mendapatkan suntika toksoid sebanyak lima kali sebelum ia hamil. Status imunisasi ynag demikian disebut tetanus toksoid (TT) 5 dosis yang akan memberi perlindungan terhadap tetanus selama 25 tahun.
- 2. Perawatan luka. Dilakukan dengan pemberian hydrogen peroksida (H2O2) untuk oksigenasi luka di jaringan tubuh.
- 3. Persalinan yang bersih. Persalinan dengan 3 bersih (yaitu bersih tempat, alat dan tangan penolong persalinan) dengan perhatian pada saat pemotongan tali pusat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar