Minggu, 12 Mei 2013

TETANUS NEONATORUM

TETANUS NEONATORUM

PENDAHULUAN
Tetanus adalah penyakit kekakuan otot (spasme) yang disebabkan oleh eksotoksin (tetanospasmin) dari organisme penyebab penyakit tetanus dan bukan oleh organismenya sendiri. Tetanus neonatorum merupakan masalah kesehatan diberbagai Negara berkembang, terutama Negara dengan pelayanan ibu hamil dan imunisasi yang masih terbatas. Akibat penyakit ini, WHO memperkirakan terjadi 500.000 kematian setiap tahunnya di Negara berkembang. Sebgaian besar kasus bayi dengan tetanus neonatorum terjadi karena persalinan di luar rumah sakit atau oleh dukun bayi tradisional.


EPIDEMIOLOGI
Penyakit ini menyerang seluruh dunia dengan angka kesakitan dan kematian yang masih tinggi terutama di Negara berkembang. Di Indonesia, angka insidensi tetanus di daerah perkotaan sekitar 6-7/1000 kelahiran hidup, sedangkan di daerah pedesaan sekitar 11-23/1000 kelahiran hidup dengan jumlah kematian kira-kira 60.000 bayi setiap tahunnya. Alasan yang paling mungkin adalah karena adanya perbedaan kemudahan menjangkau fasilitas pelayanan kesehatan, tingkat pengetahuan, dan kesadaran masyarakat untuk cepat merujuk anak ke puskesmas, serta kesulitan geografis antara perkotaan dan pedesaan.
Menurut SKRT 1995, angka kematian bayi di Indonesia masih cukup tinggi yaitu 58/1000 kelahiran hidup. Tetanus menyumbang 50% kematian bayi baru lahir dan sekitar 20% kematian bayi, serta merupakan urutan ke-5 kematian bayi di Indonesia.
Pada survey di lima rumah sakit pusat/propinsi di kota Jakarta, Bandung, Semarang, Makassar, dan Palembang selam tahun 1991-1996, terdapat rata-rata 10-25 kasus per tahun per rumah sakit dengan angka kematian 7-23%. Golongan umur yang paling sering menderita adalah bayi (26%), disusul anak 5-9 tahun (19%), anak balita 1-4 tahun (15%) dan usia lebih >10 tahun (12%).
Eliminasi tetanus tercapai bila kasus tetanus neonatorum perkabupaten/kota adalah<1/1000 bayi lahir hidup. WHO dan UNICEF mengajak seluruh Negara anggotanya untuk mengeliminasi TN pada tahun 2000, tetapi masih banyak Negara yang gagal. Oleh sebab itu, ajakan tersebut diulangi untuk tahun 2005. Indonesia mencanangkan eliminasi TN pada akhir tahun 2003.

ETIOLOGI
Penyakit ini disebabkan oleh bakteri Clostridium tetani, yang merupakan bakteri Gram-positif berbentuk batang dengan spora pada sisi ujungnya sehingga mirip pemukul gendang (drumstick). Bakteri tetanus bersifat obligat anaerob, yaitu berbentuk vegetatif pada lingkungan hidup tanpa oksigen dan rentan terhadap panas serta desinfektan. Pada bentuk vegetatif, bakteri dapat aktifdengan flagel serta menghasilkan eksotoksin.
Pada lingkunagn yang tidak kondusif bakteri akan membentuk spora yang tahan terhadap panas termasuk perebusan (tetapi hancur pada pemanasan dengan otoklaf), dapat bertahan hidup bertahun-tahun dan nberada dimana saja seperti tanah, debu, serbuk antiseptic, bahkan pada peralatan operasi.
Bakteri sehingga daerah peternakan beresiko tinggi terhadap penyebaran penyakit ini.

PENULARAN
Tetanus masuk ke dalam tubuh manusia biasanya melalui luka yang dalam dengan suasana anaerob (tanpa oksigen), sebgai akibat dari:
  • 1.      Kecelakaan
  • 2.      Luka tusuk
  • 3.      Luka operasi
  • 4.      Karies gigi
  • 5.      Radang telinga tengah
  • 6.      Pemotongan tali pusat
Kebiasaan beberapa daerah untuk memeberi ramuan atau daun-daun tertentu pada tali pusat setelah pemotongan, selain karena pemotongannya sendiri yang tidak steril, merupakan penyebab tersering masuknya spora yang menyebabkan tetanus neonatorum. Diperkirakan sekitar 90% kasus TN disebabkan karena persalinan oelh tenaga nonmedis.
Pada lingkungan yang kurang oksigen, spora akan berubah bentuk menjadi vegetatif dan mengeluarkan eksotoksin. Menurut survey di empat rumah sakit pemerintah di empat kota besar di Indonesia, pintu masuk bakteri diduga sebagian besar masuk melalui radang telinga tengah (39%), luka (38%), dan karies gigi (10%).
Adakalanya pintu masuk kuman tidak dapat ditemukan. Hal ini diperkirakan karena sporran sudah memasuki tubuh dan bertahan berbulan-bulan sebelum berubah menjadi bentuk yang menginfeksi. Masa inkubasi antara 5-14 hari (rata-rata 6 hari). Semakin cepat masa inkubasi, semakin parah gejala yang timbul.

GEJALA DAN TANDA
Gejala awal yang muncul adalah kekakuan otot rahang untuk mengunyah sehingga anak sukar membuka mulut untuk makan dan minum (trismus). Kekakuan ini pada neonates sering menyulitkan saat menyusui karena mulut bayi ‘mencucu’ seperti ikan. Gejala lain adalah:
  • 1.      Sulit menelan, gelisah, mudah terkena rangsang
  • 2.      Kekakuan otot wajah (rhesus sardonicus)
  • 3.      Kekakuan otot tubuh (punggung, leher, badan) sehingga tubuh dapat melengkung seperti busur
  • 4.      Kekakuan otot perut
  • 5.      Kejang-kejang

PENGOBATAN
Setiap penderita tetanus harus dirawat di rumah sakit untuk mendapatkan pelayanan dengan fasilitas tertentu. Setelah menemukan kasus ini, petugas lapangan perlu segera merujuk penderita ke rumah sakit terdekat. Kecepatan merujuk sangat berpengaruh pada angka kematian kasus. Pengobatan di rumah sakit umumnya meliputi :
  • 1.      Pemberian antibiotik utnuk membunuh bakteri, biasanya dengan penisilin atau tetrasiklin
  • 2.      Pemberian antikejang
  • 3.      Perawatan luka atau penyakit penyebab infeksi
  • 4.      Pemberian antitetanus serum (ATS)

PENCEGAHAN
Dengan upaya pencegahan yang baik maka angka kesakitan dan angka kematian yang disebabkan oleh tetanus dapat diturunkan. Upaya-upaya tersebut adalah :
  • 1.      Imunisasi aktif dengan toksoid. Diharapkan  semua wanita usia subur  (WUS) sudah mendapatkan suntika toksoid sebanyak lima kali sebelum ia hamil. Status imunisasi ynag demikian disebut tetanus toksoid (TT) 5 dosis yang akan memberi perlindungan terhadap tetanus selama 25 tahun.
  • 2.      Perawatan luka. Dilakukan dengan pemberian hydrogen peroksida (H2O2) untuk oksigenasi luka di jaringan tubuh.
  • 3.      Persalinan yang bersih. Persalinan dengan 3 bersih (yaitu bersih tempat, alat dan tangan penolong persalinan) dengan perhatian pada saat pemotongan tali pusat.

Tidak ada komentar: