Selasa, 14 Mei 2013

kisah kebijaksanaan



STEMPEL YANG HILANG


Ketika orang yang kaya berbuat jahat, dia sebenarnya bertindak sangat buruk dan tidak akan bias menimati kekayaannya untuk waktu yang lama. Ketika orang yang pintar berusaha untuk menyombongkan diri, sebenarnya di sedang menunjukkan kebodohannya dan cepat atau lambat akan gagal.

VEGETABLE ROOTS



Seorang walikota yang korupsi memerintah di sebuah Negara, dekat dengan yang sekarang kita kenal sebagai kota Shanghai, di pertengahan abad ke-16 pada masa dinasti Ming. Dia sangat cemas ketika mendengar bahwa duta besar kerajaan akan mengadakan pemeriksaan ke negaranya.

Tidak jauh dari Shanghai, di sebuah kota yang bernama Suzhou, berdiamlah seorang pencuri yang terkenal. Kemahirannya yang termashyur adalah melompati dinding tanpa menimbulkan suara seakan-akan di sedang berjalan di tanah. Pada waktu bertarung dia kelihatan tenag dan santai tapi menyerang seperti petir. Di ajuga adalah seorang yang pemurah.

Walikota tersebut berpikir, kenapa tidak meminta bantuan pencuri yang terkenal itu?

Kemudian walikota tersebut mengirim sebuah surat beserta hadiah yang sangat mahal untuk pencuri itu. Pencuri merasa terhormat dan segera pergi ke Negara itu untuk menemui walikotanya.

“Terima kasih atas hadiahnya yang indah,Yang Mulia,” katanya. “Apa yang dapat hamba lakukan untuk Tuan?”
“Aku ingin berbicara secara pribadi denganmu,” kata walikota tersebut setelah membubarkan pengawal-pengawalnya.
“Inspektur kerajaan akan datang ke Negara ini. Saya mempunyai firasat bahwa dia akan menyulitkan saya. Saya ingin anda pergi ke kediamannya dan mengambil stempel resminya untukku. Tanpa stempel itu, dia tidak bisa menyelesaikan misinya dan dia akan kehilangan pekerjaannya. Saya akan member kamu 100 ons emas untuk hasil kerjamu.”
“Tidak masalah, Yang Mulia. Saya akan secepatnya mendapatkan stempel itu untuk Anda.”




Pada malam itu juga, pencuri itu kembali dengan membawa stempel tersebut dan membaut sang walikota sangat kegirangan.

“Kamu telah melaksanakan pekerjaan dengan sangat bagus,” kata walikota, memberikan pencuri itu emas yang dijanjikannya. “Sekarang cepat pergi dari sini.”
“Tuanku, kamu sangat baik kepada saya. Saya ingin memberikan nasihat sebelum saya pergi. Ketika saya bersembunyi di atas langit-langit kantornya, saya memperhatikan cara Yang Terhormat bekerja. Beliau memeriksa semua dokumen engan cepat dan menulis pesan-pesannya engan sanagt cepat dan tanpa berhenti. Kelihatannya anda berhadapan dengan orang yang teramat sangat berbakat dan pandai. Seorang pria dengan kualitas seperti tidak dapat diti[u. saya berpikir bahwa sebaiknya anda menyerahkan kembali stempel itu besok. Katakan kepadanya bahwa stempel tersebut ditemukan oleh patrol malam anda tapi pencurinya telah kabur. Meskipun inspektur itu menciumnya sesuatu yang tidak beres, dia akan berpikir dua kali sebelum menangkap anda.”

“Sangatlah tidak masuk akal untuk mengembalikan stempel itu,” kata walikota. Stempel berarti kekuasaan. Dengan stempel ditangannya, dia dapat melakukan apa saja terhadap saya. Kamu sebaiknya segera pulang dan tinggalkan saya seorang diri.”

Keesokan harinya, inspektur kerajaan menemukan bahwa stempelnya hilang. Dia memerintahkan untuk segera dilakukan pencarian, tapi tidak berhasil menemukanya. “Walikota pasti ada hubungannya dengan pencurian ini karena mengetahui bahwa saya bukanlah temannya,” kata inspektur pada dirinya. “Daerah ini adalah wilayahnya dan sangatlah mudah baginya untuk meletakkan mata-mata di sekitarku. Tapi aku akan mendapatkan stempel itu kembali dengan mudah juga.”

Dia mengunci kotak stempel dan meletakkanya kembali dan melarang anak buahnya untuk mengatakan sepatah kata pun mengenai pencurian ini. Kemudian dia mengatakan bahwa di sakit sehingga beberapa hari tidak dapat masuk kerja.

Walikota tertawa dalam hati. Tetapi seperti pejabat daerah yang lain, dia harus menjenguk inspektur kerajaan sesuai dengan adat yan berlaku pada waktu itu.
Ketika walikota berkunjung, inspektur kelihatannya sedang senang. Mereka pun berbincang mengenai masalah administrasi, kebiasaan daerah, pajak dan anggaran sambil minum teh. Walikota mulai merasa malu melihat inspektur tidak mencurigainya sama sekali. Sewaktu mereka berbincang, seorang pelayan masuk.

“Kebakaran! Kebakaran! Yang Mulia, dapur terbakar!”

Wajah inspektur berubah warna. Dia meloncat bangkit dari kursinya. Mengambil kotak stempel dan menyerahkannya kepada walikota. “Kita harus segera keluar. Jagalah kotak ini untukku. Mohon carilah pertolongan tambahan untuk mematikan api.”

Karena begitu tiba-tiba, walikota tidak dapat menolak. Dia harus meninggalkan kediaman inspektur itu dengan kotak stempel. Ketika api akhirnya dapat dipadamkan, dapurnya rusak total tapi kantor utama kediaman inspektur itu berhasil diselamatkan dari amukan api. Sekarang walikota baru menyadari bahwa inspektur kerajaan memberikan kotak stempel yang kosong itu dengan maksud tertentu. Jika dia harus mengembalikan seperti semula, inspektur kerajaan pasti akan membuka kotak kosong itu untuk membuatnya merasa bersalah. Alasan apa yang harus diberikannya? Akhirnya dia memutuskan untuk mengembalikan stempel itu ke kotaknya.
Keesokan harinya inspektur kerajaan kembali bekerja. Walikota mengembalikan kotak stempel tersebut. Inspektur membukanya di hadapan para pegawainya dan mencap stempel itu ke dokumen yang belum ditandatanganinya. Dia meninggalkan Negara tersebut pada hari yang sama, kemudian memanggil gubernur propinsi tersebut dan memberikan laporan lengakp mengenai pencurian terhadap capnya. Beberapa saat kemudian, walikota dipindahkan dari kantornya.


Komentar : jelas bahwa walikota tidak mengetahui bahwa terkadang ancaman secara tidak langsung itu lebih efektif, karena dapat membuat orang lain berimajinasi bahwa anda mampu melakukan lebih dari yang diduga.

Disadur dari :

Thang, Michael C. 2007. Kisah-kisah Kebijaksanaan China Klasik-Refleksi bagi Para Pemimpin. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
 



Tidak ada komentar: