Selasa, 14 Mei 2013

kisah kebijaksanaan




PERNIKAHAN DEWA SUNGAI

Untuk menghindari suatu Negara jatuh ke dalam kekacauan, hukuman berat diadakan. Di sebuah Negara yang sudah lama dalam keadaan kacau, pertimbangan-pertimbangan lunak seharusnya diterapkan kepada rakyat untuk memberikan kesempatan kepada rakyat.

ZENG GUOQUAN (1824-1890)


Ximen Bao diangkat menjadi gubernur Ye. Di Negara bagian Wei (sekarang ini terletak di bagian utara propinsi Henan).
Setibanya di pos, dia mengadakan rapat dengan para sesepuh dari kota tersebut dan bertanya mengenai kehidupan mereka. Mereka memberitahukan bahwa pernikahan Dewa Sungai merupakan sumber dari kesengsaraan mereka.
Negara Ye sering tertimpa bencana banjir yang disebabkan oleh Sungai Zhang. Menurut tukang sihir setempat, kejadian itu merupakan perbuatan dari Dewa Sungai. Jika seorang gadis dipersembahkan kepadanya setiap tahun, banjir mungkin tidak terjadi. Maka setiap tahun, tukang sihir berkeliling dan mengunjungi setiap rumah di kota itu. Jika mereka melihat seorang gadis yang rupawan, mereka kemudian menunjuk gadis itu menjadi istri Dewa Sungai. Setiap tahun petugas setempat mengumpulkan beberapa ribu ons perak dari orang-orang di Negara tersebut utnk mengadakan pernikahan. Diyakini bahwa, sebagai peraturan, mereka mengahbiskan sekitar dua atau tiga ratus ons perak untuk pernikahan tetapi menyimpan sisanya untuk mereka sendiri. Gadis-gadis dari keluarga kaya tidak akan dikorbankan jika orangtua mereka menyumbang sejumlah uang. Keluarga yang tidak sanggup untuk membayar haruslah menyerahkan anak perempuan yang telah dipilih oleh para tukang sihir.

Sebelum pernikahan, pengantin wanita harus dimandikan, diberi pakaian gaun sutra dan harus tinggal di ranjang pengantin yang telah dibangun secara khusus di tepi sungai dan berpuasa selama beberapa hari sebelum dipersembahkan kepada Dewa Sungai. Pada hari pernikahan, ranjang pengantin ditenggelamkan ke sungai bersama-sama dengan mas kawin. Gadis itu kemudian bergabung dengan Dewa Sungai di bawah sana.
Kegiatan ini sudh berlangsung selama beberapa tahun. Penduduk setempat menjadi ketakutan. Banyak keluarga yang mempunyai anak gadis terpaksa harus meninggalkan kota itu, sehingga kota itu menjadi semakin suram.
Ximen Bao memutuskan untuk pergi dan melihat ketika pernikahan berikutnya diadakan.
Pernikahan berikutnya dilaksanakan sesuai dengan waktu yang telah diterapkan. Upacara dihadiri oleh seluruj pejabat setempat dan tukang sihir. Ribuan orang di sekitar tempat itu datang untuk melihat upacara itu. Ketuanya adalah seorang wanita berumur tujuh puluh tahun yang didampingi oleh selusin penyihir muda.
Ximen Bao yang hadir meminta supaya pengantin dibawa ke hadapannya. Kemudian dia melihatnya sekilas.
“Saya pikir dia tidak cukup cantik,” katanya kepada kepala tukang sihir. “Dapatkah kamu pergi dan memberitahu Dewa Sungai bahwa sesorang yang lebih cantik akan segera terpilih dan seseorang yang lebih cantik akan segera terpilih dan pernikahan akan ditunda sampai keesokan harinya?”
Dia memberi tanda kepada pengawalnya untuk membuang pennyihir tua itu ke dalam sungai.
Para penonton menjadi sangat terkejut.
Setelah beberapa saat, Ximen Bao berkata; “Orang tua itu akan pergi untuk sementara waktu. Kita tidak dapat menunggunya seharian. Lebih baik menyuruh seseorang yang lain untuk menyusulnya.”
Dia memerintahkan penjaganya untuk melempar satu dari tukang sihir muda ke dalam sungai. Tukang itu mulai memberontak dan berteriak. Tetapi gubernur mengabaikannya.
Beberapa saat setelah dia dilempar ke dalam tepi sungai, gubernur memerintahkan agar tukang sihir ketiga dilemparkan ke dalam sungai.
“Dia terlalu lamban. Kita harus mengirim seseorang yang lain untuk mencari tahu mengapa mereka sangat lama.” Gubernur itu menjadi tidak sabar.
Setelah empat wanita penyihir dilemparkan, Ximen Bao berkata; “Mungkin para wanita itu tidak melakukan tugasnya dengan baik di bawah sana. Kita harus mengirim seorang pria.”
Dia berpaling kepada pejabat local yang sedang berdiri.
Seorang penjabat yang bekerja sama dengan wanita-wanita penyihir tersebut dilemparkan dengan paksa ke dalam sungai oleh pengawal-pengawal Gubernur tanpa menghiraukan protesnya. Gubernur berdiri di samping sungai selama beberapa saat, kelihatan sedih.
“Tidak seorang pun dari mereka kembali. Apa yang harus kita lakukan sekarang?” tanyanya kepada para pejabat.
Mereka semua berlutut dan memohon ampun. Beberapa dari mereka kowtow (memberi hormat sampai kepala menyentuh tanah) berkali-kali sampai dahinya berdarah.
“Baiklah. Hari ini cukup sekian,” umum Ximen Bao pda akhirnya. “Kita akan menunggu sampai kita mendengar kabr dari Dewa Sungai.”
Sejak peristiwa itu, tidak ada pernikahan Dewa Sungai lagi. Ximen Bao memerintahkan penduduk setempat untuk menggalu dua belas kanal irigasi utnuk mengalihkan banjir sehinggat tidak akan ada banjir lagi. Hasilnya, semua lading tercukupi airnya, meskipun beberapa orang memprotes kerja keras dari proyek itu.
Ximen Bao berkata; “Orang lebih memilih hidup yang mudah dan tidak mau bekerja keras. Jika kamu mencoba untuk mendapatkan persetujuan mereka untuk setiap hal, maka tidak aka nada yang terselesaikan. Terkadang kamu harus memberitahu mereka apa yang harus dilakukan. Sekarang ini, mereka memprotes karena saya mempekerjakan mereka terlalu keras, tapi generasi yang akan datang akan berterima kasih atas apa yang telah saya lakukan.”

 
KOMENTAR : Membiarkan seseorang mencicipi obatnya sendiri kadang kala merupakan obat yang terbaik bagi penyakitnya.


Disadur dari:
Thang, Michael C. 2007. Kisah-kisah Kebijaksanaan China Klasik-Refleksi bagi Para Pemimpin. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama
 

1 komentar:

Anonim mengatakan...

Online casino kadangpintar.com
Join 온카지노 the best gaming community งานออนไลน์ in Indonesia for free now! Kadangpintar.com is the official and trusted online casino and 1xbet korean gambling website.